Advertisement:
Namaku Tika, seorang chinese yang menjadi eksekutif
muda di sebuah perusahaan di Jakarta. Perjalanan Bisnis ke Surabaya sebenarnya
sungguh menyenangkan, karena akan ketemu dengan sobat lama yang sudah lama
kutinggalkan, sayangnya suamiku Hendra tidak bisa menemaniku karena
kesibukannya. Dengan ditemani Andi, salah seorang kepercayaanku, kami terbang
dengan flight sore supaya bisa istirahat dan besok bisa meeting dalam keadaan
fresh dan tidak loyo karena harus bangun pagi pagi buta, mengingat meeting
besok aku perkirakan akan berlangsung cukup alot karena menyangkut negosiasi
dan kontrak, disamping itu meeting dengan Pak Reza, calon clien, jadwalnya jam
10:00 pagi. Pukul 19:00 kami check in di Sheraton Hotel, setelah menyelesaikan
administrasinya kami langsung masuk ke kamar masing masing untuk istirahat.
Kurendam tubuhku di bathtub dengan air hangat untuk melepas rasa penat setelah
seharian meeting di kantor menyiapkan bahan meeting untuk besok.
Cukup lama aku di kamar mandi hingga
kudengar HP ku berbunyi, tapi tak kuperhatikan, paling juga suamiku yang lagi
kesepian di rumah, pikirku. Setelah puas merendam diri, kukeringkan tubuhku
dengan handuk menuju ke kamar. Kukenakan pakaian santai, celana jeans straight
dan kaos ketat full press body tanpa lengan hingga lekuk tubuhku tercetak
jelas, kupandangi penampilanku di kaca, dadaku kelihatan padat dan menantang,
cukup attraktif, di usiaku yang 32 tahun pasti orang akan mengira aku masih
berumur sekitar 27 tahun.
Kutelepon ke rumah dan HP suamiku,
tapi keduanya tidak ada yang jawab, lalu kuhubungi kamar Andi yang nginap tepat
di sebelah, idem ditto. Aku teringat miss call di HP-ku, ternyata si Wawan,
gigolo langgananku di Jakarta, kuhubungi dia. “hallo sayang, tadi telepon ya”
sapaku “mbak Tika, ketemu yok, aku udah kangen nih, kita pesta yok, ntar aku
yang nyiapin pesertanya, pasti oke deh mbak” suara dari ujung merajuk “pesta
apaan?” “pesta asik deh, dijamin puas, Mbak Cuma sediakan tempatnya saja,
lainnya serahkan ke Wawan, pasti beres, aku jamin mbak” bujuknya “emang berapa
orang” tanyaku penasaran “rencanaku sih aku dengan dua temanku, lainnya
terserah mbak, jaminan kepuasannya Wawan deh mbak” “asik juga sih, sayang aku
lagi di Surabaya nih, bagaimana kalo sekembalinya aku nanti” “wah sayang juga
sih mbak, aku lagi kangen sekarang nih” “simpan saja dulu ya sayang, ntar pasti
aku kabari sekembaliku nanti” “baiklah mbak, jangan lupa ya” “aku nggak akan
lupa kok sayang, eh kamu punya teman di Surabaya nggak?” tanyaku ketika tiba
tiba kurasakan gairahku naik mendengar rencana pestanya Wawan. “Nah kan bikin
pesta di Surabaya” ada nada kecewa di suaranya “gimana punya nggak, aku perlu
malam ini saja” “ada sih, biar dia hubungi Mbak nanti, nginapnya dimana sih?”
“kamu tahu kan seleraku, jangan asal ngasih ntar aku kecewa” “garansi deh mbak”
Kumatikan HP setelah memberitahukan
hotel dan kamarku, lalu aku ke lobby sendirian, masih sore, pikirku setelah
melihat jam tanganku masih pukul 21:00 tapi cukup telat untuk makan malam.
Cukup banyak tamu yang makan malam, kuambil meja agak pojok menghadap ke pintu
sehingga aku bisa mengamati tamu yang masuk. Ketika menunggu pesanan makanan
aku melihat Pak Reza sedang makan bersama seorang temannya, maka kuhampiri dan
kusapa dia. “malam Bapak, apa kabar?” sapaku sambil menyalami dia
“eh Mbak Tika, kapan datang, kenalin
ini Pak Danu buyer kita yang akan meng-export barang kita ke Cina” sambut Pak
Reza, aku menyalami Pak Danu dengan hangat. “silahkan duduk, gabung saja dengan
kami, biar lebih rame, siapa tahu kita tak perlu lagi meeting besok” kelakar
Pak Danu dengan ramah. “terima kasih Pak, wah kebetulan kita bertemu di sini, kan
aku nginap di hotel ini” jawabku lalu duduk bergabung dengan mereka. Kami pun
bercakap ringan sambil makan malam, hingga aku tahu kalau Pak Danu dan Pak Reza
ternyata sobat lama yang selalu berbagi dalam suka dan duka, meskipun
kelihatannya Pak Reza lebih tua, menurut taksiranku sekitar 45 tahun, sementara
Pak Danu, seorang chinesse, mungkin usianya tidak lebih dari 40 tahun, maximum
37 tahun perkiraanku. Setelah selesai makan malam, aku pesan red wine
kesukaanku, sementara mereka memesan minuman lain yang aku tidak terlalu
perhatikan. “Bagaimana dengan besok, everything is oke?” Tanya Pak Reza “Untuk
Bapak aku siapkan yang spesial, kalau tahu bapak ada disini pasti kubawa
proposalku tadi” kelakarku sambil tersenyum melirik Pak Danu, si cina ganteng
itu. Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 22:30, cukup lama juga kita
ngobrol dan entah sudah berapa gelas red wine yang sudah meluncur membasahi
tenggorokanku hingga kepalaku agak berat, tak pernah aku minum wine sebanyak
ini, pengaruh alcohol sepertinya sudah menyerangku. Tamu sudah tidak banyak
lagi disekitar kami. Kupanggil waitres untuk menyelesaikan pembayaran yang di
charge ke kamarku.
Kamipun beranjak hendak pulang ketika
tiba tiba kepalaku terasa berat dan badanku terhuyung ke Pak Danu, Pak Reza
sudah duluan pergi ketika Pak Danu memeluk dan membimbingku ke lift menuju
kamar, aku sendiri sudah diantara sadar dan tidak, ketika Pak Danu mengambil
tas tanganku dan mengambil kunci kamar lalu membukanya.
Dengan hati hati Pak Danu merebahkan tubuhku
di ranjang, dilepasnya sepatu hak tinggiku dan perlahan membetulkan posisi
tubuhku, aku sudah tak ingat selanjutnya. Kesadaranku tiba tiba timbul ketika
kurasakan dadaku sesak dan ada kegelian bercampur nikmat di antara putingku,
kubuka mataku dengan berat dan ternyata Pak Danu sedang menindih tubuhku sambil
mengulumi kedua putingku secara bergantian, tubuhku sudah telanjang, entah
kapan dia melepasnya begitu juga Pak Danu yang hanya memakai celana dalam.
Bukannya berontak setelah kesadaranku timbul tapi malah mendesah kenikmatan,
kuremas rambut kepala Pak Danu yang masih bermain di kedua buah dadaku.
Tangannya mulai mempermainkan
selangkanganku, entah kapan dia mulai menjamah tubuhku tapi kurasakan vaginaku
sudah basah, aku Cuma mendesah desah dalam kenikmatan. “sshh.. eehh.. eegghh”
desahku membuat Pak Danu makin bergairah, dia kemudian mencium bibirku dan
kubalas dengan penuh gairah. Kuraba selangkangannya dan kudapati tonjolan
mengeras di balik celananya, cukup besar pikirku. Sambil berciuman, kubuka
celana dalamnya.
Dia menghentikan ciumannya untuk
melepas hingga telanjang, ternyata penisnya yang tegang tidak sedasyat yang aku
bayangkan, meski diameternya besar tapi tidak terlalu panjang, paling sepanjang
genggamanku, dan lagi belum disunat, ada rasa sedikit kecewa di hatiku, tapi
tak kutunjukkan. Dia kembali menindih tubuhku, diciuminya leherku sambil
mempermainkan lidahnya sepanjang leher dan pundakku, lalu turun dan berputar
putar di buah dadaku, putingku tak lepas dari jilatannya yang ganas, jilatannya
lalu beralih ke perut terus ke paha dan mempermainkan lututku, ternyata jilatan
di lutut yang tak pernah kualami menimbulkan kenikmatan tersendiri. Daerah
selangkangan adalah terminal terakhir dari lidahnya, dia mempermainkan klitoris
dan bibir vaginaku sambil jari tangannya mulai mengocok vaginaku.
“sshh.. eegghh.. eehhmm.. ya
Pak..truss Pak” desahku merasakan kenikmatan dari jilatan dan kocokan jari Pak Danu.
Pak Danu kembali ke atasku, kakinya
dikangkangkan di dadaku sambil menyodorkan penisnya, biasanya aku tak mau
mengulum penis pada kesempatan pertama, tapi kali ini entah karena masih
terrpengaruh alcohol atau karena aku terlalu terangsang, maka kuterima saja
penisnya di mulutku. Kupermainkan ujung kepalanya dengan lidah lalu turun ke
batang penis, kemudian tak lupa kantung bolanya dan terakhir kumasukkan penis
itu ke dalam mulutku, cukup kesulitan juga aku mengulum penisnya karena batang
itu memang besar.
Dia mengocok mulutku dengan penisnya
selama beberapa saat, cukup kewalahan juga aku menghadapi kocokannya untung,
tidak berlangsung lama. Pak Danu kembali berada diantara kakiku, disapukannya
penisnya ke bibir vaginaku lalu mendorong tanpa kesulitan berarti hingga
melesaklah penis itu ke vaginaku semua, aku merasa masih banyak ruang kosong di
bagian dalam vaginaku meski di bagian luarnya terasa penuh oleh besarnya batang
penis Pak Danu. “ehh.. sshh.. eeghghgh” aku mulai mendesah ketika Pak Danu
mulai mengocokkan penisnya, dengan cepat dia mengocokku seperti piston pada
mesin mobil yang tancap gas, ada perbedaan rasa atas kocokan pada penis yang
tidak disunat itu, gesekan pada dinding vaginaku kurang greger, tapi tak
mengurangi kenikmatan malahan menambah pengalaman, tanpa ampun pantatnya turun
naik di atas tubuhku sambil menciumi leher jenjangku, kurasakan kenikmatan dari
kocokannya dan kegelian di leherku.
Pak Danu menaikkan tubuhnya dan
bertumpu pada lutut dia mengocokku, dengan posisi seperti ini aku bisa melihat
expresi wajahnya yang kemerahan dibakar nafsu, tampak sekali rona merah
diwajahnya karena kulitnya yang putih tipikal orang cina, wajah gantengnya
bersemu kemerahan. Kutarik wajahnya dan kucium bibirnya karena gemas,
kocokannya makin cepat dan keras, keringat sudah membasahi tubuhnya meski belum
terlalu lama kami bercinta. Kugoyangkan pantatku mengimbangi gerakannya,
ternyata itu membuat dia melambung ke atas dan menyemprotlah spermanya di
vaginaku, kepala penisnya kurasakan membesar dan menekan dinding vaginaku,
denyutnya sampai terasa di bibir vaginaku, lalu dia terkulai lemas setelah
menyemprotkan spermanya hingga habis.
Agak kecewa juga aku dibuatnya karena
aku bahkan belum sempat merasakan sensasi yang lebih tinggi, terlalu cepat
bagiku, tak lebih dari sepuluh menit. “sorry aku duluan” bisiknya di telingaku
sambil tubuhnya ditengkurapkan di atas tubuhku. “nggak apa kok, ntar lagi”
kataku menghibur diri sendiri, kudorong tubuhnya dan dia rebah disampingku,
dipeluknya tubuhku, dengan tetap telanjang kami berpelukan, napasnya masih
menderu deru. Aku berdiri mengambil Marlboro putih dari tas tanganku,
kunyalakan dan kuhisap dalam dalam dan kuhembuskan dengan keras untuk menutup
kekesalan diriku. “I need another kontol” pikirku kalut Kulihat di HP ada SMS
dari Wawan dengan pesan “namanya Wawan, akan menghubungi mbak, dari Wawan”
Jarum jam sudah menunjukkan 23:20, berarti cukup lama aku tadi tidak sadarkan
diri sampai akhirnya “dibangunkan” Pak Danu, kulihat Pak Danu sudah terlelap
kecapekan, kupandangi dia, dengan postur tubuh yang cukup atletis dan wajah
yang ganteng sungguh sayang dia tidak bisa bertahan lama, pikirku.
Kunyalakan Marlboro kedua untuk
menurunkan birahiku yang masih tinggi setelah setelah mendapat rangsangan yang
tak tuntas, lalu kucuci vaginaku dari sperma Danu, kalau tidak ingat menjaga
wibawa seorang boss, sudah kuminta si Andi menemaniku malam ini, tapi ketepis
angan itu karena akan merusak hubungan kerjaku dengannya. Kulayangkan
pandanganku keluar, gemerlap lampu Kota Surabaya masih kukenali meski sudah
bertahun tahun kutinggalkan. Kalau tidak ada Pak Danu mungkin sudah kuhubungi Wawan
untuk segera mengirim Wawan kemari, tapi aku jadi nggak enak sama dia. Ketika
akan kunyalakan batang rokok ketiga, kudengar bel pintu berbunyi, agak kaget
juga ada tamu malam malam begini, kuintip dari lubang intip di pintu, berdiri
sosok laki laki tegap dengan wajah ganteng seganteng Antonio Banderas, maka
kukenakan piyama dan kubuka pintu tanpa melepaskan rantai pengamannya. “mbak Tika?
saya Wawan temannya Wawan” sapanya Agak bingung juga aku, disatu sisi aku
membutuhkannya apalagi dengan penampilan dia yang begitu sexy sementara di sisi
lain masih ada Pak Danu di ranjang. “Sebentar ya” kataku menutup pintu kembali,
terus terang aku nggak tahu bagaimana menentukan sikap, sebenarnya aku nggak
keberatan melayani mereka berdua malah itu yang aku harapkan tapi bagaimana
dengan Pak Danu, rekanan bisnis yang baru beberapa jam yang lalu aku kenal,
tentu aku harus menjaga citraku sebagai seorang bisnis women professional, aku
bingung memikirkannya.
“kudengar ada bel pintu, ada tamu
kali” kata Pak Danu dari ranjang “eh..anu..enggak kok Pak” jawabku kaget agak
terbata “jangan panggil Pak kalau suasana begini, apalagi dengan apa yang baru
saja terjadi, panggil Danu atau Koh Danu saja, toh hanya beberapa tahun lebih
tua” “iya teman lama, nggak penting sih, tapi kalau bapak keberatan aku suruh
dia pulang biar besok dia kesini lagi” kataku “ah nggak pa pa kok, santai saja”
jawabnya ringan. Aku kembali membuka pintu tapi aku yang keluar menemui dia di
depan pintu, kini kulihat jelas postur tubuhnya yang tinggi dan atletis, usia
paling banter 26 tahun, makin membuat aku kepanasan. “di dalam ada rekanku,
bilang aja kamu teman lama dan apapun yang terjadi nanti suka atau nggak suka
kamu harus terima bahkan kalau aku memintamu untuk pulang tanpa melakukan apa
apa kamu harus nurut, besok aku telepon lagi, aku mohon pengertianmu” kataku
pada Wawan tegas.
“Nggak apa mbak, aku ikuti saja permainan Mbak
Tika, aku percaya sama Wawan dan aku orangnya easy going kok mbak, pandai
membawa diri” katanya lalu kupersilahkan masuk. Kulihat Danu masih berbaring di
ranjang dengan bertutupkan selimut. Aku jadi canggung diantara dua laki laki
yang baru kukenal ini sampai lupa mengenalkan mereka berdua, basa basi kutawari
Wawan minuman, tiba tiba Danu bangkit dari ranjang dan dengan tetap telanjang
dia ke kamar mandi.
Aku kaget lalu melihat ke Wawan yang
hanya dibalas dengan senyuman nakal. “wah ngganggu nih” celetuk Wawan “ah
enggak udah selesai kok”jawabku singkat “baru akan mulai lagi, kamu boleh
tinggal atau ikutan atau pergi terserah kamu, tapi itu tergantung sama Tika”
teriak Danu dari kamar mandi, entah basa basi atau bercanda atau serius aku
nggak tau. “Wawan udah cerita sama aku mengenai mbak” bisik Wawan pelan supaya
tidak terdengar Danu.
Danu keluar dari kamar mandi dengan
tetap telanjang, dia mendekatiku menarikku dalam pelukannya lalu mencium
bibirku, tanpa mempedulikan keberadaan Wawan dia melorotkan piyamaku hingga aku
telanjang di depan mereka berdua. Kami kembali berpelukan dan berciuman, tangan
Danu mulai menjamah buah dadaku, meraba raba dan meremasnya. Ciumannya turun ke
leherku hingga aku mendongak kegelian, kemudian Danu mengulum putingku secara
bergantian, kuremas remas rambutnya yang terbenam di kedua buah dadaku.
Kulihat Wawan masih tetap duduk di
kursi, entah kapan dia melepas baju tapi kini dia hanya mengenakan celana dalam
mini merahnya, benjolan dibaliknya sungguh besar seakan celana dalamnya tak
mampu menampung kebesarannya. Badannya begitu atletis tanpa lemak di perut
menambah ke-sexy-annya. Melihat potongan tubuhnya berahiku menjadi cepat naik
disamping rangsangan dan serbuan dari Danu di seluruh tubuhku, kupejamkan
mataku sambil menikmati cumbuan Danu. Ketika jilatan Danu mencapai
selangkanganku, kuraskan pelukan dan rabaan di kedua buah dadaku dari belakang,
kubuka mataku ternyata Danu sedang sibuk di selangkanganku dan Wawan berada di
belakangku. Sambil meraba raba Wawan menciumi tengkuk dan menjilati telingaku
membuat aku menggelinjang kegelian mendapat rangsangan atas bawah depan
belakang secara bersamaan, terutama yang dari Wawan lebih menarik
konsentrasiku. Mereka merebahkan tubuhku di ranjang, Danu tetap berkutat di
vaginaku sementara Wawan beralih mengulum putingku dari kiri ke kanan.
Kugapai penis Wawan yang menegang,
agak kaget juga mendapati kenyataan bahwa penisnya lebih panjang, hampir dua
kali punya Danu meski batangnya tidak sebesar dia, tapi bentuknya yang lurus ke
depan dan kepalanya yang besar membuat aku semakin ingin cepat menikmatinya,
kukocok kocok untuk mendapatkan ketegangan maximum dari penisnya. Danu
membalikkan tubuhku dan memintaku pada posisi doggie, Wawan secara otomatis
menempatkan dirinya di depanku hingga posisi penisnya tepat menghadap ke mukaku
persisnya ke mulutku. Untuk kedua kalinya Danu melesakkan penisnya ke vaginaku
dan langsung menyodok dengan keras hingga penis Wawan menyentuh pipiku.
Bersambung