Advertisement:
Namaku Bambang, facebook gue Klik Disini
Dampak
krisis ekonomi yang berkepanjangan memang dirasakan sangat memberatkan bagi
kelompok masyarakat kelas menengah kebawah, begitu juga yang menimpa masyarakat
di perumahan Mr tempat aku tinggal. Sehingga ibu-ibu rumah tangga harus pandai
benar untuk mengelola/mengatur pembelanjaan uangnya agar bisa mencukupi
kebutuhan hidup sehari-harinya selama satu bulan. Salah satu bentuk efisiensi
yang dilakukan isteriku yaitu yang biasanya setiap harinya memakai kompor
elpiji, maka untuk lebih menghemat akhirnya membeli kompor dengan bahan bakar
minyak tanah. Dan kompor minyak tanah itu merupakan temuan baru dari salah satu
mahasiswa tehnik PTN di Surabaya yang sudah dipatenkan.
Pada
suatu hari di bulan Desember, Distributor kompor yang aku ceritakan tadi
mengirim salah satu karyawannya untuk mengantar barang yang aku pesan serta
melakukan demo cara-cara pemasangan dan operasional kompor tersebut. Saat
dilakukan demo, salah satu tetanggaku yang kebetulan kontrak rumah di depanku,
janda berusia 40 tahun dengan dua anak yang satu sudah kuliah dan satunya masih
SMA, ikut nimbrung untuk melihat demo kompor. Biasanya aku memanggil dia dengan
sebutan Tacik, karena memang dia warga keturunan. Acara demo-mendemo kompor
selesai dan akhirnya Tacik ikut memesan satu kompor untuk keperluan rumah
tangganya, kejadian demo kompor sudah satu minggu berlalu, hingga berlanjut
dengan kisahku ini.
Pagi
itu setelah mengantar isteriku kerja, aku tidak langsung berangkat kekantor,
tetapi pulang dulu kerumah, karena ada kerjaan yang harus aku selesaikan di
meja komputerku. Setelah pekerjaan selesai, aku duduk-duduk di teras minum kopi
sambil menikmati sebatang rokok Gudang Garam Surya kesukaanku. Saat enak-
enaknya aku menikmati sebatang rokok karena pekerjaan kantor udah beres,
tiba-tiba dari depan rumahku terdengar teriakan Tacik. “Om.. om Hr.. aku minta
tolong bisa khan”? “Minta tolong apa dulu, kalau dimintai tolong untuk sarapan
pagi sih aku mau-mau aja” Jawabku dengan sedikit becanda. “Ini lho Om, kompor
yang aku beli kemarin nyalanya koq agak merah, nggak seperti punya isteri Om
Hr..” “Ohh.. gitu, mungkin sumbunya terlalu panjang waktu memasangnya, coba tak
lihatnya dulu” kataku sambil beranjak kerumahnya.
Sampai
di rumah Tacik aku langsung dipersilahkan ke dapur untuk mencoba cek nyala
kompor dan memang benar nyalanya agak kemerah-merahan. “Om aku minta tolong
dong, dibetulin kompornya mau khan..?”, teriaknya agak manja sambil
mengucek-ucek cucian bajunya. “Beres, asal dikasih imbalan yang enak-enak..”,
godaku, sambil mulai membongkar kompor. “Achh.. Om Hr ini bisa aja, yang
enak-enak itu maksudnya apa sih Om..?” tanyanya kayak orang bloon. “Yeach..
semua aja yang special dan kita anggap enak” jawabku sambil membuang putung
rokok ke bak sampah dapur. Sambil mulai bongkar-bongkar kompor, aku sempat
melirik Tacik yang lagi cuci pakaian, “Busyet.. Ckk.. ck.. ckk!” rutukku dalam
hati.
Aku
merasa seperti terbangun dari mimpi buruk, ternyata sedari tadi tanpa kusadari,
Tacik cuma memakai pakaian tidur warna putih yang sangat tipis sekali dan
bagian atas cuma memakai tali kecil yang tersampir dipundak, sehingga Bh dan Cd
yang dipakainya kelihatan jelas bentuk maupun warnanya. Saat aku meliriknya,
Tacik lagi berdiri agak nungging membelakangiku untuk membilas cucian bajunya,
sehingga pantatnya yang gempal bulat, berisi daging padat dan kenyal itu
kelihatan menggoda untuk dibelai dan disentuh.. Apalagi Cd warna merah jambu
yang dipakainya kelihatan tercetak jelas di bongkahan pantat gempalnya dan
serasi benar dengan warna putih mulus kulitnya, dan berdirinya agak ngangkang
lagi.., pahanya terlihat tegar, kokoh dan bulat berisi bagai bulir padi
raksasa.. Entah disegaja atau tidak, yang jelas pantatnya sesekali digoyang
kekanan dan kekiri seiring tangannya yang sedang membilas pakaian yang
dicucinya. Dan sambil melakukan aktivitasnya, sesekali juga Tacik bertanya, “Om
Hr.. hari ini koq kelihatan fress benar apa semalam mendapat pelayanan yang
sangat istimewa dari isteri.. he.. he.. he.., keramas lagi.. hi.. hi.. hi..”
kata Tacik sambil ketawa cekikikan. “Cerita donk.., biar aku juga ikut tahu,
biar nggak hanya menduga- duga saja..” timpalnya lagi sambil menoleh dan
mengedipkan sebelah matanya, kayak Jaja Miharja dalam Kuis Dangdut di TPI. “Ah
Tacik koq mau tahu aja, kalau aku ceritain, nanti Tacik jadi grenk terus
gimana.. hayoo.. apa nggak malah berabe, coba dipikir.. heh.. he.. he..”
jawabku setengah menggoda sambil memancing reaksinya. Dan ternyata, rasa ingin
tahunya semakin menjadi-jadi, terbukti dia menghentikan aktivitasnya dan sambil
memercikkan air dari kesepuluh jarinya berkata “Sesekali boleh khan, tahu
rahasia tetangga kita.. heh.. he.. he..” katanya sambil menoleh kearahku
sehingga buah dadanya yang ranum dan berukuran 39 c itu kelihatan menggelantung
berat seakan-akan melambai untuk minta dibelai dan dihisap habis
puting-putingnya. “Boleh-boleh aja asal kalau nanti agak berbau porno.. nggak
nyalahin kita, apalagi menuntut kenapa semalam koq nggak diajak ikut nimbrung..
heh.. he.. he..” kataku mulai berani terang- terangan sambil melempar batang
korek ke arah dadanya, dan tepat mengenai tengah belahan buah dadanya. “Edian
tenan.. Om.. tembakan korekmu tepat sasaran, pas di tengah-tengah susuku yang
montok, aku jadi geli.. hi.. hi.. hi..” Katanya sambil merogoh batang korek
yang masuk kebelahan buah dadanya, sehingga saat merogoh batang korek
tersebullah buah dadanya yang putih mulus, mengkal dan ranum itu di hadapanku.
Walau
omong-omong kami sudah mulai mengarah hal-hal yang bersifat rangsangan birahi,
namun aku belum berani memulai tindakan fisik, karena aku kuatir kalau semua
yang dilakukan Tacik hanya upaya untuk memancing dan atau untuk mengetahui
kecerobohan diriku, mengingat Tacik amat dekat sekali dengan isteriku. Bahkan
aku berpikir ” Jangan-jangan ulah Tacik memancing-mancing reaksi birahiku itu,
semua dilakukan atas suruhan atau permintaan isteriku “. Kataku dalam hati.
Sambil memasang sumbu-sumbu kompor yang sudah dapat separo, aku terus
ngomong-ngomong hal- hal yang agak lebih hot lagi, dan kelihatan Tacik sudah
mulai terpengaruh atas semua obrolan birahi, terbukti sesekali dia sering
membetulkan letak BH yang membungkus buah dadanya yang super besar itu.
Saat
aku pandang, ternyata kerjaan cuciannya sudah selesai, sambil menyambar handuk
putihnya dia berucap “Om.. aku mandi dulu ya, awas jangan ngintip lho..?”
ujarnya sambil melenggak-lenggokkan patatnya yang besar dan gempal itu sebelum
masuk kekamar mandi. Saat masuk kamar mandi, ternyata pintunya tidak dikunci,
namun aku tidak ambil pusing walau pintu kamar mandinya tidak dikunci. Karena
aku masih beranggapan kalau tindakan yang dilakukan Tacik dalam percakapan yang
sudah mengarah hal-hal bersifat birahi tadi merupakan usaha Tacik untuk mencoba
ngetest atas kesetiaanku terhadap isteri. Oleh karena itu, meskipun penisku
terasa besar membengkak dan panas berdenyut-denyut, karena terpengaruh atas
percakapanku dengan Tacik yang sangat membangkitkan birahiku, aku tetap mencoba
untuk mengalihkan pikiran tersebut dengan menyelesaikan pembenahan sumbu-sumbu
kompor yang diminta Tacik barusan. Namun saat aku mulai bisa mengusir pikiran
jorokku untuk bisa membelai, mengelus dan meraba inci demi inci atas tubuh
putih mulus Tacik yang sedang mandi tersebut, tiba-tiba dari kamar mandi
terdengar panggilan agak halus dari Tacik, “Om.. sorry ya, tadi aku lupa kalau
sabun mandiku udah habis, tolong ambilkan sabun mandi dibungkusan belanjaan
yang aku taruh diatas meja barusan ya..”? Pintanya dengan suara yang agak
manja. “Diambil sendiri chan bisa sih Cik, tanganku belepotan minyak tanah
nich..” Jawabku sambil melihat kearah meja yang dimaksud dan memang benar
diatas meja dapur terdapat bungkusan belanjaan yang terbungkus tas kresek
hitam. “Tolong dong Om.. aku udah telanjur telanjang bulat nich.. malu khan
kalau keluar dalam keadaan bugil..”? Pintanya lagi dengan suara yang lebih
manja. Sesaat, mendengar suaranya yang manja itu, aku jadi lupa atas anggapanku
kalau Tacik lagi melaksanakan tugas reserse dari isteriku. Maka seketika,
pikiran jorokku terhadap Tacik menjadi bangkit dan menggelora bagai air bah
yang datang dengan tiba-tiba. Kemudian aku bangkit berdiri untuk cuci tangan,
dan melangkah kemeja dapur untuk mengambil bungkusan belanja yang berisi sabun
mandi tersebut. ” Oke.. oke.. tak ambilin dech..”, Kataku agak parau,
membayangkan ketelanjangan Tacik yang punya body aduhai dan semlohai itu.
Setelah
kudapat sabun mandi yang diminta, aku langsung menuju kamar mandi, dan ternyata
benar pintunya tidak dikunci, sedikit terbuka, dan dari dalam kamar mandi
terdengar teriakan kecil Tacik “Cepat dikit donk Om.., kelamaan telanjang
bisa-bisa masuk angin nich..”. katanya sangat manja dan begitu menggoda nafsu
birahiku Begitu sampai di pintu kamar mandi, aku kuakkan sedikit pintunya dan
memang benar apa yang dikatakan bahwa Tacik bener-bener dalam keadaan telanjang
bulat berdiri agak mengangkang, sehingga dari celah belahan bongkahan pantatnya
yang gempal kelihatan memeknya yang merah tebal berbulu menyembul agak
malu-malu dalam posisi membelakangiku sedang tangannya dijulurkan untuk
menerima uluran tanganku yang mau memberikan sabun mandi yang diminta.
Sesaat
melihat tubuh telanjang Tacik pikiranku sebagai seorang laki-laki jadi
bergemuruh, meledak-ledak dan nafsu birahiku bangkit begitu menggelora dan
penisku semakin terasa panas, meronta-ronta dan denyutannya semakin terasa
mendetak-detak kayak detak jarum jam layaknya, saking tidak kuatnya menahan
gelora nafsu birahiku, rasanya aku seakan ingin langsung menerkam dan menelan
bulat-bulat tubuh telanjang yang ada dihadapanku itu. Namun sebagai seorang
intelek, aku langsung berpikir, bahwa apa yang dilakukan Tacik dengan telanjang
membelakangiku berarti bukan merupakan perasaan malu yang dia tunjukkan karena
berhadapan denganku, karena apabila dia malu karena terlihat telanjang olehku,
tentunya pintu tetap ditutup atau dibuka sedikit dan tanganya bisa dijulurkan
keluar untuk menerima sabun, akan tetapi dengan tindakan yang dia lakukan aku
mengira bahwa yang diperbuat Tacik merupakan faktor kesengajaan yang memang
ingin menggugah kelelakianku agar aku terangsang hebat dan bergairah sehingga
aku tidak tahan untuk bertindak brutal menyetubuhinya. Berdasarkan pemikiran
itu, maka secepat kilat celana pendek yang aku kenakan aku buka, maka
tersembullah penisku yang sudah membengkak besar dan berdenyut-denyut, lalu aku
sorongkan penisku kejuluran tangan Tacik, sambil berkata “Cik sabunnya nich..”.
Dan juluran tangan Tacik menggapai-nggapai untuk meraih sabun yang dimaksud,
karena jorongan penisku lebih rendah maka tangan dan jemari Tacik aku bimbing
untuk memegangnya. Dan Tacik kelihatan agak terperanjat malu karena sabun yang
seharusnya digenggamnya dingin tetapi terasa panas berdenyut-denyut, sesaat dia
menoleh untuk melihat benda yang dipegangnya, respon yang ditunjukkan demi
melihat penisku sudah ada dalam genggamannya seakan-akan terkejut “Ahh, Om
nakal banget sih dan punyamu bener-bener luar biasa, besar, keras dan kokoh
sekali..” katanya sambil tersenyum melihat keberhasilan upayanya untuk
memancing birahiku
Kemudian
tanpa perasaan sungkan dan malu-malu lagi maka kurengkuh dan kubalikkan tubuh
telanjang Tacik untuk saling berhadapan dan aku dekap erat- erat sambil tidak
lupa aku lumat bibirnya yang sensual, dan dengan rakus sekali Tacik membalas
lumatan bibirku, “Ahh.. sshh.. eehhmm.. omm.. oohh..”. Bibirnya yang merah dan
panas terus melumat ganas sambil tak lupa lidahnya dia julurkan masuk
kemulutku.. saling menghisap dan memainkan lidah kami masing- masing.. sshh..
mmckk.. sshh mmcckk.., tangan Tacik yang satu menggenggam erat penisku yang
semakin keras denyutannya sedang yang lain membelai-belai punggungku. Badanku
rasanya seperti dialiri listrik yang bertegangan tinggi ketika lidahku dia
hisap kayak ular sedang melahap mangsanya dan pelukan tangannya semakin erat
saja rasanya seakan kuatir aku terlepas, sehingga buah dadanya yang besar padat
itu terasa mengganjal empuk didadaku menambah kenikmatan adegan peluk cium dan
hisap menghisap lidah yang sedang berlangsung seru.
Bersambung
KLIK DISINI
<<Part 2>>
Kalau ada chinese mau ngentot PM (Jogja dan sekitarnya)